Sejarah Panjang Boikot
Ketika dakwah Nabi Saw. telah menemukan keharumannya, para pemuka Quraisy semakin menampakkan ketidaksukaannya. Ketika Hamzah bin Abdul Muthalib, seorang yang sangat disegani keberanian dan ketegasannya, menyambut seruan Nabi Saw. untuk memeluk Islam, para penguasa kafir semakin habis kesabarannya. Terlebih tatkala Umar bin Khaththab, panglima perang yang paling ditakuti keberaniannya dan paling didengar pendapatnya, mengikuti jejak Hamzah, lengkaplah kemarahan orang-orang kafir itu kepada Muhammad Saw.
Para pemuka Quraisy kafir itu berkumpul. Mereka menentukan langkah yang lebih mengerikan dibanding tindakan-tindakan mereka sebelumnya. Kalau pada awalnya mereka memberi ancaman kepada Rasulullah Saw secara pribadi, disertai siksaan dan makian kepada orang-orang yang mengikutinya secara sendiri-sendiri, maka kali ini mereka bersepakat untuk membuat Muhammad Saw beserta setiap jiwa yang mengikuti seruannya maupun yang membela dan melindungi, mengalami penderitaan berat yang melemahkan jiwa. Dan langkah mematikan yang mereka pilih adalah boikot dan embargo.
Kesepakatan untuk melakukan boikot dan embargo kepada Muhammad Saw dan para pengikut maupun simpatisannya ini, dituangkan dalam naskah resolusi (shahifah). Isi shahifah itu antara menegaskan bahwa mereka bersekutu untuk tidak melakukan jual-beli dengan para pengikut Muhammad Saw dan yang bersimpati kepadanya—Bani Hasyim dan Banil Muthalib—tidak masuk rumah mereka, dan tidak berbicara dengan mereka, sampai mereka menyerahkan Muhammad Saw untuk dibunuh!
Orang-orang kafir itu memboikot Bani Hasyim dan Banil Muthalib dengan tidak mau membeli dagangan mereka, karena meski banyak juga yang kafir, tetapi semua orang Bani Hasyim dan Banil Muthalib mendukung dan bersimpati kepada Muhammad Saw, kecuali Abu Lahab. Bersama Rasulullah Saw dan para pengikutnya, kedua klan berpengaruh itu mengalami embargo sehingga terhalang memperoleh pasokan barang yang mereka butuhkan, termasuk makanan, dan mengalami isolasi dari pergaulan dengan masyarakat luas.
Selama tiga tahun (ya, tiga tahun!) mereka mengalami pengucilan dan pengasingan yang luar biasa. Tak ada tempat bagi mereka untuk hidup leluasa, kecuali hanya bertahan dalam keadaan terkurung, diboikot, dikucilkan, tidak dikirimi makanan, hingga mereka benar-benar kepayahan dalam syi’b (celah antara dua gunung) yang sempit). Di belakang syi’b itu, anak-anak menangis kelaparan karena ibu mereka tak lagi sanggup mengeluarkan ASI.
Inilah masa-masa yang membuat Rasulullah Saw dan para pengikutnya serta orang-orang yang bersimpati kepadanya, mengalami penderitaan yang luar biasa menyiksa. Inilah cara yang dilakukan orang-orang kafir untuk melemahkan kaum Muslimin agar mudah membelokkan aqidah yang suci dan menguasai mereka.
Sampai hari ini, cara-cara seperti itu masih terus dipergunakan oleh orang-orang kafir harbi—kafir yang mengambil sikap bermusuhan—untuk melemahkan kita. Dipimpin oleh Setan Besar Amerika, saudara-saudara kita di Irak yang kekayaan alamnya berlimpah, hari ini kelaparan dan tak sanggup bangkit dari sakitnya. Sebelum mereka menguasai, Amerika lebih dulu memimpin boikot dan embargo. Hal yang sama dilakukan Saudara mereka, Israel, terhadap rakyat di Jalur Gaza, Palestina.
Sama seperti boikot dan embargo yang dialami Nabi Saw, mereka juga mengeluarkan shahifah (naskah resolusi) untuk mengikat semua negeri dan setiap klan agar melakukan tindakan yang sama. Alasan yang dipakai pun kurang lebih sama: perdamaian. Bedanya, kalau dulu shahifah itu ditempelkan di dinding Ka’bah dan berlaku sampai dengan rusaknya shahifah, hari ini shahifah tersimpan di map-map yang rapi. Tidak akan tercabut ketentuan itu sampai PBB mencabutnya.
Sampai sekarang, boikot masih sering dipakai untuk melemahkan dan melumpuhkan kita. Jika Anda punya waktu sejenak, sekali waktu tengoklah situs-situs Yahudi-Israel untuk mengetahui aliran dana bagi mereka (fund for Israel), insya-Allah Anda akan mendapati seruan-seruan boikot sebagai salah satu strategi mereka. Bedanya, kalau dulu kaum kafir Quraisy sama sekali tidak mau menjual barangnya kepada kaum Muslimin, sekarang kita membelanjakan uang kita setiap hari kepada mereka tanpa kita sadari.
Semoga ada yang bisa kita renungkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar