Jumat, 11 November 2011

Mencintai Nabi Secara Sederhana

Mencintai Nabi Secara Sederhana

Inilah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Sahabat nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam ini suatu ketika bertutur, “Tidak ada satu orang pun yang lebih para sahabat cintai daripada Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Namun jika mereka melihat beliau, mereka tidak berdiri untuk menyambutnya, karena mereka mengetahui ketidaksukaan beliau terhadap hal itu.” (HR. At-Tirmidzi dalam Kitab Al-Adab dan dia berkata, “Ini adalah hadits hasan shahih gharib dari jalur ini.”).

Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menyukai manusia berdiri memberi penghormatan kepadanya, hendaknya mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Ahmad, Abu Dawud & At-Tirmidzi).

Di zaman kita sekarang, di negeri tempat kita berpijak ini, sulit membayangkan ada seorang pemimpin yang kuat pengaruhnya, besar wibawanya, ditaati perintahnya dengan ringan hati dan dinanti tutur katanya, sementara mereka tidak membangun budaya penghormatan yang kuat. Aparat negara hingga pimpinan sekolah banyak yang justru secara sengaja menciptakan budaya penghormatan demi terbentuknya apa yang diangankan sebagai karakter dan patriotisme. Hari ini anak-anak kita dididik untuk berdiri menghormat kepada orang-orang yang disebut pemimpin, kepada inspektur upacara bendera dan bahkan kepada kepala desa yang datang menghadiri sebuah perhelatan. Tetapi hari ini kita melihat, tak ada ketaatan –apalagi kecintaan—yang tumbuh dengan kuat dalam diri anak-anak kita kepada para pemimpin.

Lalu apa yang melahirkan kecintaan besar dari para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in kepada Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam? Kita bisa menjawab keteladanan. Tetapi keteladanan seperti apa yang melahirkan kecintaan begitu besar dan ketaatan yang sedemikian kuat?

Tidak ada komentar: