Membantu anak menyelesaikan masalah itu boleh. Tetapi, penerimaan anak bergantung kedekatan orangtua dengan anak secara emosional dan bentuk komunikasi yang ditembakkan ke orangtua. Bisa saja berniat membantu, tetapi sungguh tidak akan perrnah masuk ke dalam hati anak jika bentuknya: sering mengkritik, menyalahkan, mengambil alih masalah. dll. Atau kalau jujur, siapa sih yang senang terlalu banyak dikomentari saat kita sama sekali tidak meminta komentar?
Usul abah, mari kita terus latihan mencari model-model komunikasi yang membuat anak nyaman untuk mendengarkan kita. Caranya, dengarkan anak lebih dahulu sebelum anak diharuskan mendengarkan kita.
Jika kita ingin memberi masukkan, jangan buru-buru terus sibuk dan berfokus untuk mengeluarkan ide-ide kita. Itu hanya akan memberi pesan bahwa gagasan kita lebih baik dari mereka. Kalimat lainnya yang ditangkap anak "aku nggak mampu, mama yang mampu!"
Cukup di awali pertanyaan, ada apakah? Lagi kesulitan apa? biarkan anak-anak bicara dengan dipancing kalimat-kalimat seperti ini. Itu pun jika anak mau bicara. Tapi saat anak tak mau bicara, hukumnya; JANGAN PERNAH PAKSA ANAK BICARA sebab itu hanya akan menekan mentalnya dan justru semakin tidak nyaman untuk mengeluarkan pikiran dan perasaannya secara jujur.
Jika anak tak ingin bicara, berikan pesan seperti berikut "jika kamu ingin bicara, mama siap mendengarkan!" atau "jika kamu membutuhkan bantuan mama/papa, mama/papa dengan senang hati membantu". Mungkin tidak langsung membuat anak bicara, tetapi kalimat itu menyampaikan pesan bahwa kita terbuka tetapi tidak memaksanya.
Dan saat anak tengah siap untuk menerima masukkan, sebaiknya pun itu melibatkan anak untuk menemukan penyelesaian dan tidak melulu orangtua yang menyelesaikannya. Saat anak mengalami kesulitan, adalah orangtua biasa yang terus saja mencoba memberitahu anak apa yang seharusnya dilakukan. Tetapi orangtua shalih akan mencoba melatih anak untuk mencari solusi: "coba pikirkan? Insya Allah kamu akan menemukannya. Jika kamu membutuhkan bantuan, kamu bisa bertanya sama ayah dan bunda. Kalaupun orangtua memberi masukkan maka ia selalu mengkonfirmasi sarannya tersebut pada anak "bagaimana kalau begini dan begitu? Apa pendapatmu?"
Ini tidak berarti anak dibiarkan atau sendirian menyelesaikan masalahnya. Orangtua tetap mendampingi, tetapi pusat problem solver bukanlah orangtua, tetapi anak. Model komunikasi seperti ini membantu anak melatih diri untuk menemukan solusi. Orangtua punya gagasan, yang dimaksud adalah bagaimana caranya gagasan orangtua itu dapat 'ditemukan anak' dan ini sangatlah berbeda dengan memberitahu gagasan orangtua pada anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar